Logo

PLANOLOGI KERATON YOGYAKARTA

Wardani, Laksmi Kusuma (2009) PLANOLOGI KERATON YOGYAKARTA. In: The International Conference: Archaeology, Art, and Identity tribute to Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc., Fakultas Arkeologi UGM, 12 Desember 2009, Universitas Gadjah Mada.

[img]
Preview
PDF (The International Conference) - Published Version
Download (709Kb) | Preview

    Abstract

    Secara umum terdapat satu mata rantai kesinambungan tipologis tata ruang Keraton Yogyakarta dengan keraton-keraton di Jawa yang mewarisi tradisi Hindu tentang Jagat Purana berpusat pada benua bundar Jambudwipa dikelilingi tujuh lapisan daratan dan samudera. Pada pusat benua terdapat meru tempat para dewa bersemayam. Tipologi ini menjadi dasar tata lingkungan binaan, dengan kedudukan titik pusat yang menjaga kestabilan seluruh tatanan. Pada skala negara, tatanan terpusat pada kuthagara yang dikelilingi negara, nagaragung, dan mancanegara. Sistem pemerintahan tersebut menunjukkan Keraton Yogyakarta sebagai pusat sentris, termasuk dalam pengembangan dan pembangunan arsitektur di luar keraton. Keraton Yogyakarta menjadi mazhab arsitektur yang layak diteliti, sehingga hasil penelitian diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah bagi pengembangan perancangan arsitektur berbasis tradisi adiluhung. Tulisan ini menguraikan berbagai fakta historis, nilai arsitektural Keraton Yogyakarta berikut nilai budaya yang melekat pada artefak. Pendekatan interpretasi digunakan dalam upaya memahami tata ruang keraton secara lebih mendalam. Pendekatkan historis diakronis digunakan untuk menggali latar belakang tampilnya artefak, sedangkan pendekatan sinkronis digunakan untuk mengaji unsur rupa berdasarkan visualisasi tata ruang keraton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa planologi Keraton Yogyakarta mengandung aspek-aspek hubungan manusia secara vertikal dengan Tuhan, serta aspek-aspek hubungan manusia secara horizontal dengan sesamanya. Terdapat konsep kebenaran, kebaikan, dan keindahan untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup. Kestabilan seluruh tatanan dunia manusia terjaga karena kedudukan keraton sebagai pusat mampu menjaga keseimbangan AUM (Agni/Gunung Merapi, Udaka/Laut Selatan, dan Maruta/Udara bebas. Keserasian dan keselarasan antara alam kodrati dan alam adikodrati menjadi prinsip utama. Tata ruang disusun secara hierarkis berdasarkan pertimbangan proses kehidupan manusia, mulai dari lahir sampai menghadap Sang Pencipta (awal-akhir alam semesta/Sangkan Paraning Dumadi dan Sangkan Paraning Manungsa). Secara horizontal manusia menemukan dialog dan rekonfirmasi dengan dirinya serta kebutuhan material yang harus diperolehnya, sedangkan secara vertikal manusia berelasi dengan Sang Pencipta untuk memperoleh kasampurnaning ngaurip. Tata susun yang ada merupakan usaha raja untuk menyelaraskan kehidupan raja dan rakyat dengan jagadraya.

    Item Type: Conference or Workshop Item (Paper)
    Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BH Aesthetics
    N Fine Arts > NA Architecture
    Divisions: Faculty of Art and Design > Interior Design Department
    Depositing User: Laksmi Kusuma Wardani
    Date Deposited: 11 Nov 2015 13:09
    Last Modified: 11 Nov 2015 13:09
    URI: https://repository.petra.ac.id/id/eprint/17169

    Actions (login required)

    View Item